Tumbuh-tumbuhan hutan tropika adalah sumber yang sangat kaya akan senyawa-senyawa kimia berkhasiat atau bioaktif. Banyak diantara senyawa-senyawa tersebut sangat potensial sebagai sumber bahan baku dalam pengolahan bahan pangan. Salah satunya adalah tanaman pisang.
Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia dengan hutan tropika yang sangat luas. Di Kalimantan Barat, tanaman pisang dijumpai di beberapa daerah. Adapun data persebaran tanaman pisang di Kalimantan Barat dapat dilihat pada tabel 1.
Berdasarkan pada tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa penyebaran tanaman di Kalimantan Barat sangat luas meliputi Kabupaten Sambas, Bengkayang, Singkawang dan daerah-daerah sekitarnya. Penyebaran terbesar tanaman pisang adalah di Kabupaten Pontianak.
Umumnya masyarakat Pontianak hanya mengkonsumsi atau memakan buah pisangnya saja dan membuang kulitnya karena dianggap sebagai sampah (limbah buah pisang). Apabila limbah kulit pisang tersebut dibiarkan begitu saja maka tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya penumpukan sampah atau limbah kulit pisang khususnya di Pontianak.
Melihat kenyataan tersebut, maka harus dicari solusi untuk menangani limbah kulit pisang tersebut. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan dan mengolah limbah kulit pisang tersebut lebih lanjut menjadi suatu bahan yang bermanfaat misalnya dalam pembuatan bahan pangan. Kandungan karbohidrat sebesar 18,50 % menyebabkan kulit pisang berpotensi sebagai sumber pati untuk pembuatan mie. Mie merupakan salah satu jenis makanan yang paling populer di Asia khususnya di Asia Timur dan Asia Tenggara (www.bogasari.com,2008), termasuk Indonesia khususnya Pontianak, Kalimantan Barat.
Tabel 1. Jumlah Pohon Pisang yang Menghasilkan, Luas Panen dan Produksi Pisang menurut Triwulan dan Kabupaten atau Kota di Kalimantan Barat Tahun 2006
No Kabupaten/
Kota Triwulan I Triwulan II
Pohon yang Menghasilkan (pohon/rumput) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Pohon yang Menghasilkan (pohon/rumput) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
1. Kab. Sambas 92.259 182.33 534 86.783 171,51 483
2. Kab. Bengkayang 46.068 91,04 2.631 41.802 82,61 2.810
3. Kab. Landak 7.313 14,45 336 8.112 16,03 170
4. Kab.Pontianak 743.042 1468,46 9.520 976.196 1929,24 12.784
5. Kab.Sanggau 32.777 64,78 582 30.310 59,90 502
6. Kab.
Ketapang 39.324 77,72 5.390 59.262 117,12 3.281
7. Kab.Sintang 24.767 48,95 161 25.337 50,07 244
8. Kab.Kapuas Hulu 20.178 39,88 644 19.456 38,45 642
9. Kab.Sekadau 813 1,61 5 1.772 3,50 18
10. Kab.Melawi 0 0,00 0 0 0,00 0
11. Kota Pontianak 35.975 71,10 451 49.025 96,89 4.400
12. Kota Singkawang 35.885 70,92 953 0 0,00 0
Jumlah 1.078.401 2.131,23 21.206 1.298.055 2.565,33 25.333
(BPS, Kal-Bar, 2006)
Kurangnya produksi bahan pangan seperti beras, tepung terigu, kedelai, minyak goreng dan gula di Kalimantan Barat, menyebabkan pedagang memasok sekitar 80 persen bahan pangan tersebut dari Pulau Jawa. Dan transportasi pengangkutan lewat laut yang terhambat gelombang besar menyebabkan harga bahan pangan melonjak tinggi. Seperti harga tepung terigu dari Rp 6.500 per kilogram, naik menjadi Rp 7.000 per kilogram (www.pontianakpost.com, 2008). Hal tersebut mengakibatkan produk pangan dengan bahan dasar tepung, seperti mie harganya juga melonjak.
Dengan adanya pemanfaatan limbah kulit pisang menjadi tepung, penulis berharap tepung pisang ini dapat mensubstitusi tepung terigu sehingga harga tepung terigu yang mahal dapat diimbangi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat tema mengenai pemanfaatan sumber daya kulit pisang menjadi pati sebagai substituen tepung terigu dalam pembuatan mie, sebagai alternatif bahan pangan yang dapat dikonsumsi banyak orang, khususnya di Kalimantan Barat.
1.2 Rumusan Masalah
Penyebaran tanaman pisang di Kalimantan Barat sangat luas, namun masyarakat Kalimantan Barat khususnya Pontianak umumnya hanya mengkonsumsi buahnya saja, sedangkan kulitnya dibuang yang akan mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Oleh karena itu pengolahan limbah kulit pisang menjadi pati yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan mie merupakan salah satu alternatif masalah tersebut. Selain itu pati dari kulit pisang dapat menjadi substituen tepung terigu sehingga harga tepung terigu yang melonjak dapat diatasi.
Berdasarkan hal tersebut, beberapa sub masalah yang diangkat dalam penulisan ini adalah :
1. Bagaimana potensi pati limbah kulit pisang sebagai bahan dasar pembuatan mie.
2. Sejauh mana kemampuan pati limbah kulit pisang mensubstitusi tepung terigu dalam pembuatan mie.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Menggali potensi limbah kulit pisang sebagai salah satu sumber pati.
2. Menggali kemampuan pati kulit pisang sebagai substituen tepung terigu dalam pembuatan mie.
1.4 Manfaat
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi limbah kulit pisang sebagai salah satu sumber pati yang mensubstituen tepung terigu dalam pembuatan mie. Sehingga masyarakat tidak lagi membuang kulit pisang begitu saja. Dan pengolahan limbah kulit pisang ini diharapkan dapat dikembangkan melalui home industri ataupun pabrik-pabrik pihak pemerintah dan swasta, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan yang baru untuk masyarakat.
BAB 2
TELAAH PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tanaman Pisang (Musa sp.)
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman pisang merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara dengan pusat keanekaragaman utama wilayah Indo-Malaya.
Pisang merupakan buah yang berasal dari taksonomi:
Divisi : Spermatophyta
Sub Devisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa sp. (http://sepaku.wordpress.com)
Famili Musaceae dari ordo Scitaminae dan terdiri dari dua genus, yaitu genus Musa dan Ensete. Genus Musa terbagi dalam empat golongan, yaitu Rhodochlamys, Callimusa, Australimusa dan Eumusa. Golongan Australimusa dan Eumusa merupakan jenis pisang yang dapat dikonsumsi, baik segar maupun olahan. Buah pisang yang dimakan segar sebagian besar berasal dari golongan Emusa, yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana.
Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat partenokarpi. Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai macam topografi tanah, baik tanah datar ataupun tanah miring. Produktivitas pisang yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar pada ketinggian di bawah 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan keasaman tanah pada pH 4.5-7.5. Suhu harian berkisar antara 250 C-270 C dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun (http://www.situshijau.co.id, 2008.)
Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati. Tingginya antara 2-9 m, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bongol) yang pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman baru. Pisang mempunyai batang semu yang tersusun atas tumpukan pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah sehingga mencapai ketebalan 20-50 cm. Daun yang paling muda terbentuk di bagian tengah tanaman, keluarnya menggulung dan terus tumbuh memanjang, kemudian secara progersif membuka. Helaian daun bentuknya lanset memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, warnanya hijau.
Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ketanah jika bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara normal, sedang bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh seludang dan disebut sebagai jantung pisang.
Jantung pisang ini harus dipangkas setelah selesai berubah. Tiap kelompok bunga disebut sisir, yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir betina antara 5-15 buah. Buahnya buah buni, bulat memanjang, membengkok, tersusun seperti sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau coklat. Tiap kelompok buah atau sisir terdiri dari beberapa buah pisang. Berbiji atau tanpa biji. Bijinya kecil, bulat, dan warna hitam. Buahnya dapat dipanen setelah 80-90 hari sejak keluarnya jantung pisang. Karena bukan buah musiman, buah pisang selalu ada setiap saat. Buah pisang kebanyakan dimakan segar, dikolak, dikukus, atau diolah lebih lanjut menjadi pisang selai, keripik, atau tepung pisang. Yang termasuk kelompok pisang buah meja adalah Musa sapientum (banana) karena lebih enak dimakan segar, seperti pisang ambon, ambon lumut, raja, raja sereh, mas, susu dan barangan (http://www.pdpersi.co.id, 2008).
2.2 Kandungan dan Manfaat Buah Pisang
Pisang memiliki banyak kandungan yang berguna bagi tubuh dan memiliki banyak manfaat. Dalam buah pisang mulai dari rhizome yang dimilikinya sampai kulit pisang dapat kita ambil manfaatnya. Daging buahya sebagai makanan, kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka pisang dengan proses fermentasi, bonggol pisang dapat dijadikan soda sebagai bahan baku sabun dan pupuk kalium. Batangnya dapat digunakan sebagai penghasil serat bahan baku kain dan makanan ternak, daun pisang yang digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional Indonesia, kemudian air umbi batang pisang yang dapat digunakan sebagai obat disentri dan pendarahan usus besar dan air batang pisang yang digunakan sebagai obat sakit kencing dan penawar racun.
Buah Pisang juga mengandung tiga jenis gula alami yaitu sukrosa, fruktosa dan glukosa yang dikombinasikan dengan fiber. Pisang dapat memberikan tambahan energi langsung yang cukup banyak. Namun bukan hanya energi yang dihasilkan, buah pisang juga dapat menjaga tubuh selalu fit. Dan dapat membantu untuk mencegah beberapa penyakit. Berikut ini adalah beberapa kandungan dalam buah pisang dan manfaatnya yaitu:
Tabel. 2 Kandungan dan Manfaat Pisang
No. Kandungan Zat Manfaat
1. Tryptphan Menangani depresi
2. Vitamin B Mencegah ketegangan urat syaraf
3. Vitamin B6, B12 Mencegak efek nikotin
4. Vitamin B6 Mengurangi gejala PMS (Pre Menstruation Syndrome)
5. Zat Besi (Fe) Anemia
6. Potassium Mengurangi tekanan darah tinggi, stress, dan stroke
7. Fiber pisang Sembelit dan mencegah gangguan pencernaan
8. Zat asam semut Penyakit jantung
9. Kulit pisang Gigitan nyamuk
10. Asam Folat Perkembangan sistem syaraf janin
11. Kandungan gula dalam pisang Mengurangi rasa nyeri di pagi hari
(http://catros.wordpress.com,2008)
Pisang merupakan tanaman yang banyak diminati rumah tangga petani holtikultura, yang ditunjukkan oleh sebagian besar yaitu 273.648 rumah tangga mengusahakan pisang (BPS, Kalbar, 2003).
Produksi buah terbanyak sepanjang tahun di Kalimantan Barat adalah pisang, karena tanaman pisang dapat berbuah sepanjang tahun dan dapat tumbuh dengan mudah terutama di daerah beriklim tropis yang lembab, terutama di dataran rendah. Di daerah dengan hujan merata sepanjang tahun, produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim dan daerah yang memiliki curah hujan.
Persebaran tanaman pisang di Kalimantan Barat ialah di Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Singkawang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi dan Kota Pontianak. Daerah penghasil pisang terbanyak ialah di Kabupaten Pontianak. Dengan jumlah produksi pada triwulan II (tahun 2006) yaitu 12.784 ton.
1.3 Kandungan Kimia Dalam Kulit Pisang
Buah pisang banyak mengandung karbohidrat baik isinya maupun kulitnya. Pisang mempunyai kandungan khrom yang berfungsi dalam metabolisme karbohidrat dan lipid. Khrom bersama dengan insulin memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel-sel. Kekurangan khrom dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa. Umumnya masyarakat hanya memakan buahnya saja dan membuang kulit pisang begitu saja. Di dalam kulit pisang ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90 % dan karbohidrat sebesar 18,50 %. Hasil penelitian tim Universitas Kedokteran Taichung Chung Shan, Taiwan, memperlihatkan bahwa ekstrak kulit pisang ternyata berpotensi mengurangi gejala depresi dan menjaga kesehatan retina mata. Selain kaya vitamin B6, kulit pisang banyak mengandung serotonin yang sangat vital untuk menyeimbangkan mood. Selain itu, ditemukan pula manfaat ekstrak pisang untuk menjaga retina dari kerusakan cahaya akibat regenerasi retina. Dalam studi klinis yang dilakukan, para peneliti membandingkan efek ekstrak kulit pisang bagi retina mata pada dua kelompok. Pertama adalah kelompok kontrol dan kelompok kedua adalah responden yang diberi ekstrak kulit pisang dan mereka dipapari cahaya selama enam jam dalam dua hari. Hasilnya, yang tidak mendapat ekstrak kulit pisang sel retinanya menjadi mati, sedangkan kelompok lainnya retinanya tidak mengalami kerusakan. Sementara itu untuk mengatasi depresi, para peneliti menyarankan untuk meminum air rebusan kulit pisang atau membuatnya dalam bentuk jus segar selama beberapa kali dalam seminggu karena dalam kulit pisang terdapat sumber vitamin B6 yang dibutuhkan untuk membuat serotonin dalam otak. Serotonin berfungsi mengurangi rasa sakit, menekan nafsu makan, menimbulkan relaks, dan mengurangi ketegangan.
Kulit pisang mengandung vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup (Sulffahri.2008). Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90% dan karbohidrat sebesar 18,50%.
Karbohidrat adalah suatu zat gizi yang berfungsi sebagai asupan energi utama, dimana tiap gramnya menghasilkan 4 kalori (17 kilojoule) energi pangan per gram.
Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom karbon, hidrogen dan oksigen. Pada umumnya unsur hidrogen dan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh, karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Klasifikasi karbohidrat yang terdapat pada makanan dapat dikelompokkan:
1. Available Carbohydrate (Karbohidrat yang tersedia)
Yaitu karbohidrat yang dapat dicerna, diserap serta dimetabolisme sebagai energi.
2. Unvailable Carbohydrate (Karbohidrat yang tidak tersedia)
Yaitu karbohidrat yang tidak dapat dihidrolis oleh enzim-enzim pencernaan manusia, sehingga tidak dapat diabsorpsi.
Klasifikasi karbohidrat yang paling sering dipakai dalam ilmu gizi berdasarkan jumlah molekulnya:
1. Monosakarida, seperti Heksosa, Glukosa, Fruktosa, Galaktosa, Pentosa, Arabinosa, Xylosa.
2. Disakarida, seperti Sukrosa, Maltosa, Laktosa.
3. Polisakarida, seperti Amilum, Dekstrin, Glikogen, Selulosa.
Fungsi karbohidrat ialah:
1. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, seperti rasa, warna dan tekstur.
2. Fungsi karbohidrat di dalam tubuh adalah:
a. Fungsi utamanya sebagai sumber energi (1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori) bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh. Sebagian dari karbohidrat diubah langsung menjadi energi untuk aktifitas tubuh, dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen di hati dan di otot. Ada beberapa jaringan tubuh seperti sistem syaraf dan eritrosit, hanya dapat menggunakan energi yang berasal dari karbohidrat saja.
b. Melindungi protein agar tidak dibakar sebagai penghasil energi. Kebutuhan tubuh akan energi merupakan prioritas pertama bila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi untuk kebutuhan energi tubuh dan jika tidak cukup terdapat lemak di dalam makanan atau cadangan lemak yang disimpan di dalam tubuh, maka protein akan menggantikan fungsi karbohidrat sebagai penghasil energi. Dengan demikian protein akan meninggalkan fungsi utamanya.
c. Sebagai zat pembangun. Apabila keadaan ini berlangsung terus menerus, maka keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tidak dapat dihindari lagi.
d. Membantu metabolisme lemak dan protein dengan demikian dapat mencegah.
e. Terjadinya ketosis dan pemecahan protein yang berlebihan.
f. Di dalam hepar berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik tertentu.
g. Beberapa jenis karbohidrat mempunyai fungsi khusus di dalam tubuh. Laktosa misalnya berfungsi membantu penyerapan kalsium. Ribosa merupakan komponen yang penting dalam asam nukleat.
Selain itu beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna, mengandung serat (dietary fiber) berguna untuk pencernaan, memperlancar defekasi (Dr. Halomon Hutagulung, 2004).
Karbohidrat atau Hidrat Arang yang dikandung oleh kulit pisang adalah amilum. Amilum atau pati ialah jenis polisakarida karbohidrat (karbohidrat kompleks). Amilum (pati) tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting. Amilum merupakan sumber energi utama bagi orang dewasa di seluruh penduduk dunia, terutama di negara berkembang oleh karena di konsumsi sebagai bahan makanan pokok. Disamping bahan pangan kaya akan amilum juga mengandung protein, vitamin, serat dan beberapa zat gizi penting lainnya.
Amilum (Pati) tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin dalam komposisi yang berbeda-beda yaitu 10-20% amilosa dan 80-90% amilopektin. Amilosa tersusun dari molekul-molekul α-glukosa dengan ikatan glikosida α-(1-4) membentuk rantai linier. Sedangkan amilopektin terdiri dari rantai-rantai amilosa (ikatan α(1-4)) yang saling terikat membentuk cabang dengan ikatan glikosida α-(1-6). Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi. Penjelasan untuk gejala ini belum pernah bisa tuntas dijelaskan. Amilopektin dapat memiliki jumlah molekul glukosa mulai dari ratusan sampai puluhan ribu.Sementara amilosa rata-rata terdiri dari 1000 molekul glukosa. Stuktur kimia amilum (pati) secara pasti belum diketahui namun diduga bahwa bagian luar dari butiran amilum sebagai amilosa sedangkan bagian dalam butirannya sebagai amilopektin (Johari, Rachmati, 2006, 332).
Amilum adalah jenis polisakarida (karbohidrat komplek). Polisakarida merupakan senyawa karbohidrat kompleks, dapat mengandung lebih dari 60.000 molekul monosakarida yang tersusun membentuk rantai lurus ataupun bercabang. Polisakarida rasanya tawar (tidak manis), tidak seperti monosakarida dan disakarida. Pemecahan karbohidrat (misalnya pati) menghasilkan mono- dan disakarida, terutama glukosa.
Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa—monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0,0026% pada pH 7. Glukosa dan fruktosa diikat secara kimiawi menjadi sukrosa. Pati, selulosa, dan glikogen merupakan polimer glukosa umum polisakarida.
Glukosa sangat penting dalam produksi protein dan dalam metabolisme lipid. Karena pada sistem saraf pusat tidak ada metabolisme lipid, jaringan ini sangat tergantung pada glukosa. Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan. Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan yang lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen ("pati hewan") dan sel lemak, yang menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan sumber energi cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi sumber energi cadangan, lemak tak pernak secara langsung dikonversi menjadi glukosa. Fruktosa dan galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrat, langsung diangkut ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa (www.wikipidia.com, 2008).
Mie merupakan salah satu jenis makanan yang paling populer di Asia khususnya di Asia Timur dan Asia Tenggara. Menurut cerita, mie pertama kali dibuat dan diproduksi di daratan Cina kira-kira 2000 tahun yang lalu di bawah kekuasaan dinasti Han. Dari Cina, mie berkembang dan menyebar ke Jepang, Korea, Taiwan, Indochina, dan Asia Tenggara, bahkan meluas ke seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat dan daratan Eropa. Sesungguhnya seni menggiling gandum dan pembuatan roti telah lebih dahulu berkembang di Timur Tengah: Mesopotamia, Mesir, dan Persia. Logikanya mie juga mula-mula dikembangkan dan diajarkan sebagai lembaran roti yang tidak mengembang, yang di Cina tampaknya mie mendapat perhatian sangat khusus dalam pengembangannya. Dalam bahasa Inggris mie disebut noodle, yang sebenarnya berasal dari bahas Jerman, nudel. Asal istilah tersebut tidak jelas. Secara tradisional di antara masyarakat Cina, mie karena bentuknya yang panjang sering digunakan simbol umur panjang, dan selalu disajikan dalam pesta ulang tahun. Dengan berkembangnya produk mie dan teknologi pembuatan mie, maka pembuatan mie tidak lagi terbatas hanya dari bahan mentah utama terigu (mian) saja, tetapi mie dapat dibuat dari tepung beras yang di sebut bihun (fen), dari pati kacang hijau yang disebut so’un (fensi), serta yang terbuat dari tepung terigu dan beras yang disebut shomein. Secara tradisional, khususnya di Cina Utara pembuatan mie terigu dilakukan dengan cara melempar-lempar adonan ke udara sehingga menjadi tali temali yang panjang, kemudian ditarik, dilipat, dan dipotong sehingga menjadi benang atau tali. Adonan mie yang dibuat dengan cara tersebut dapat menghasilkan tali-tali tebal seperti macaroni.
Kira-kira 700 tahun yang lalu manusia berhasil membuat mie berukuran kecil dengan menggunakan alat mekanik. Revolusi pembuatan mie secara mekanik baru terjadi setelah T. Masaki berhasil menciptakan mesin pembuat mie pada tahun 1854. Sejak memasuki abad ke-20, mie telah banyak dikenal dan digemari oleh masyarakat di luar Cina dan Jepang. Sejak saat itu, mie mengalami banyak perkembangan. Dari mie yang dihidangkan dingin dan sangat terkenal di Cina, kemudian di Jepang juga dikembangkan mie instan dengan nama Chicken Ramen (1957) dan pada tahun 1962 muncul mie instan baru dengan nama Saporo Ramen. Pada tahun 1964 bermunculan berbagai industri yang memproduksi mie instan Cina dengan bungkus Polietilen yang dapat direkatkan dengan panas, hingga berkembang menjadi bahan pembungkus Polysteren yang mampu menyimpan panas cukup lama pada tahun 1971, dengan bentuk cangkir atau mangkuk. Dengan perkembangan wadah baru tersebut, konsumen dapat memegang cangkir atau mangkuk yang berisi produk sangat panas tanpa tangannya kepanasan. Untuk menjaga kesegaran mie dalam waktu yang cukup lama, telah berhasil ditemukan teknologi pembekuan pada tahun 1974. Mulai tahun 1977, teknologi pembekuan dan pengeringan diterapkan dalam produksi mie instan secara komersial. (www.bogasari.com,2008).
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Metode Penulisan
Suatu pola penulisan dalam bidang apapun juga menggunakan teknik-teknik tertentu untuk menampilkan kebenaran wacana-wacana yang telah dikemukakan. Demikian pula dalam karya tulis ini. Adapun penulisan ini bersifat deskriptif dengan studi pustaka sebagai landasan teori. Pustaka yang diperoleh dianalisis, dibahas dan disusun berdasarkan kerangka teori penulisan.
Penulisan karya tulis ini menggunakan metode telaah pustaka. Dengan mengkaji lebih lanjut literatur-literatur tentang kulit pisang, maka dapat dihasilkan alternatif solusi dalam upaya memfaatkan kulit pisang dalam pembuatan mie. Dengan demikian, hasil penulisan ini benar-benar dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan manusia pada khususnya dan makhluk hidup pada umumnya.
3.2 Sumber Literatur dan Data
Penulisan karya tulis ini dilakukan dengan menelusuri pustaka dari literatur-literatur yang berhubungan dengan penulisan ini yakni berupa literatur primer (jurnal) dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penulisan ini. Data-data yang diperoleh merupakan data sekunder dan tersier yang selanjutnya dianalisa sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pendukung penulisan. Setelah literatur dan data terkumpul dilakukan penyusunan rencana penulisan bersama dengan dosen pembimbing. Setelah memperoleh kesepakatan mengenai rumusan rencana penulisan, kumpulan pustaka dikelompokkan sesuai dengan keperluannya. Literatur-literatur tersebut dicantumkan di dalam daftar pustaka.
BAB 4
ANALISIS DAN SINTESIS
4.1 Proses Pembuatan Kulit Pisang menjadi Tepung Pisang
Pisang (Musa sp) sebagai salah satu tanaman buah-buahan mempunyai potensi besar diolah menjadi tepung sebagai substitusi tepung terigu. Tepung pisang merupakan produk yang cukup prospektif dalam pengembangan sumber pangan lokal. Buah pisang cukup sesuai untuk diproses menjadi tepung mengingat bahwa komponen utama penyusunnya adalah karbohidrat (17,2-38%).
Pada kulit pisang mengandung berbagai macam kandungan kimia. Salah satunya adalah amilum (pati) atau yang biasanya dikenal dengan karbohidrat. Karena kulit pisang mengandung zat pati maka kulit pisang dapat diolah menjadi tepung. Tepung ini dapat menggantikan atau mengurangi jumlah tepung yang biasa dipakai dalam bahan pembuatan mie. Sebelum dibuat menjadi mie, limbah kulit pisang terlebih dahulu dibuat menjadi tepung pisang. Sebenarnya semua jenis kulit pisang dapat dibuat menjadi tepung pisang. Berikut ini adalah varietas pisang beserta mineral-mineralnya.
TabeL 3. Komposisi Mineral Tujuh Varietas Pisang Dari 100 g Berat Segar
No. Varietas Ca (mg) P (mg) Fe (mg) Vit.A (SI) VitB (mg) Air (g)
1. Pisang Ambon 8 0,5 0,5 146 0,08 72,0
2. Pisang Raja 10 0,8 0,8 930 0,06 65,0
3. Pisang Lidi 10 1,9 1,9 75 0,05 69,0
4. Pisang Rotan 9 0,8 0,8 900 0,06 64,8
5. Pisang Emas 7 0,8 0,8 175 0,09 64,2
6. Pisang Raja Uli 10 0,9 0,9 75 0,05 59,1
7. Pisang Raja Sereh 7 0,3 0,3 112 0,00 67,0
(Hamzar Suyani, 1991, 86)
Kulit pisang yang dipilih untuk diolah adalah kulit pisang raja karena mengandung kalsium (Ca) sebesar 10 mg. Selain itu kulit pisang raja lebih tebal dari kulit pisang lain (Sulfahri, 2008). Sehingga memiliki potensi pati yang cukup besar untuk diolah menjadi substituen tepung terigu. Cara membuat tepung pisang mudah dan sederhana. Berikut ini cara membuat tepung pisang:
Bahan:
1. Pisang raja
2. Natrium tiosulfat (dapat dibeli di toko bahan kimia)
Alat:
1. Pisau
2. Perajang
3. Alat pengering
4. Alat penghancur atau penggiling
5. Ayakan atau saringan
Fungsi masing-masing peralatan:
1. Penggiling ukuran kecil untuk kapasitas satu kwintal atau lebih sesuai yang diinginkan. Penggilingan digunakan untuk menghancurkan potongan pisang menjadi tepung.
2. Pisau digunakan untuk memotong pisang menjadi ukuran kecil-kecil sebelum dilarutkan kedalam bahan natrium tiosulfat
3. Saringan/ayakan sebagai alat untuk menyaring/mengayak hasil tepung, guna mendapatkan tepung yang baik dan halus serta berkualitas.
4. Plastik yang lebar dan bersih sebagai alat untuk menaruh tepung pisang ketika dijemur agar supaya kering untuk memudahkan dalam proses penggilingannya.
5. Sinar matahari sangat diperlukan dalam proses pembuatan tepung pisang dalam proses pengeringan.
6. Plastik kemasan untuk membungkus tepung pisang telah jadi.
7. Plastik sealer, alat menutup kantong plastik.
Cara membuatnya:
1. Pisang yang telah tua dikupas kulitnya, dipisahkan daging buahnya.
2. Kemudian dipotong kecil-kecil berukuran kurang lebih 1cm x 0,5 cm dengan pisau atau alat pengiris.
3. Kemudian pisang direndam dalam larutan natrium tiosulfat, setelah itu ditiriskan.
4. Kemudian potongan pisang harus dikeringkan. Jika pengeringan dengan sinar matahari perlu waktu kurang lebih dua hari. Jika menggunakan alat pengering gabah (dengan suhu 60 derajat celsius) proses pengeringan lebih cepat. Untuk mengeringkan dua kwintal pisang segar hanya perlu waktu 1 jam 20 menit.
5. Setelah kering atau kadar air kurang lebih 14 %, potongan pisang dapat digiling/dihancurkan dengan menggunakan hammer mill atau ditumbuk.
6. Hasil penggilingan kemudian diayak.
7. Tepung pisang yang lolos dari ayakan dikemas dalam kantong plastik.
(Buletin Teknopro Hortikultura Edisi 72, Juli 2004, yang diterbitkan oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura)
Penggunaan zat kimia Natrium tiosulfat bertujuan untuk menghambat terjadinya proses oksidasi pada kulit pisang, sehingga dapat mencegah timbulnya pencoklatan kulit pisang.Sehingga tepung yang dihasilkan akan lebih bersih.
Manfaat pengolahan pisang menjadi tepung antara lain :
1. Lebih tahan disimpan.
2. Lebih mudah dalam pengemasan dan pengangkutan.
3. Lebih praktis untuk diversifikasi produk olah.
4. Mampu memberikan nilai tambah buah pisang.
5. Mampu meningkatkan nilai gizi buah melalaui proses fortifikasi selama pengolahan.
6. Menciptakan peluang usaha untuk pengembangan agroindustri pedesaan.
(http://kalsel.litbang.deptan.go.id, 2008)
4.2 Proses Pembuatan Mie Pisang
Pembuatan mie pisang menggunakan komposisi 20% tepung pisang dan 80% tepung terigu, dengan bahan tambahan lain yaitu garam, soda abu, telur, dan air. Semua bahan dibuat adonan, dibentuk lembaran menggunakan alat pembuat mie, dipotong bentuk mie, dan direbus. Penggunaan tepung pisang pada pembuatan mie hanya sebanyak 20%, hal ini disebabkan karena tekstur mie yang harus bersifat kenyal (http://kalsel.litbang.deptan.go.id, 2008).
Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan mie, kemudian agar menjadi mie pisang ditambahkan tepung pisang 20 bagian kedalam tepung terigu. Tepung terigu diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare). Tepung terigu berfungsi membentuk struktur mie, sumber protein dan karbohidrat. Kandungan protein utama tepung terigu yang berperan dalam pembuatan mie adalah gluten. Gluten dapat dibentuk dari gliadin (prolamin dalam gandum) dan glutenin. Protein dalam tepung terigu untuk pembuatan mie harus dalam jumlah yang cukup tinggi supaya mie menjadi elastis dan tahan terhadap penarikan sewaktu proses produksinya. Bahan-bahan lain yang digunakan antara lain air, garam, bahan pengembang, zat warna, bumbu dan telur.
Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dan karbohidrat, melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal gluten. Pati dan gluten akan mengembang dengan adanya air. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH antara 6–9, hal ini disebabkan absorpsi air makin meningkat dengan naiknya pH. Makin banyak air yang diserap, mie menjadi tidak mudah patah. Jumlah air yang optimum membentuk pasta yang baik.
Garam berperan dalam memberi rasa, memperkuat tekstur mie, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas mieserta mengikat air. Garam dapat menghambat aktivitas enzim protease dan amilase sehingga pasta tidak bersifat lengket dan tidak mengembang secara berlebihan.
Putih telur akan menghasilkan suatu lapisan yang tipis dan kuat pada permukaan mie. Lapisan tersebut cukup efektif untuk mencegah penyerapan minyak sewaktu digoreng dan kekeruhan saus mie sewaktu pemasakan. Lesitin pada kuning telur merupakan pengemulsi yang baik, dapat mempercepat hidrasi air pada terigu, dan bersifat mengembangkan adonan.
Cara Pembuatan Mie
Tahap pencampuran bertujuan agar hidrasi tepung dengan air berlangsung secara merata dan menarik serat-serat gluten. Untuk mendapatkan adonan yang baik harus diperhatikan jumlah penambahan air (28–38%), waktu pengadukan (15–25 menit), dan suhu adonan (24–40oC). Proses rol press (pembentukan lembaran) bertujuan untuk menghaluskan serat-serat gluten dan membuat lembaran adonan. Pasta yang dipress sebaiknya tidak bersuhu rendah yaitu kurang dari 25oC, karena pada suhu tersebut menyebabkan lembaran pasta pecah-pecah dan kasar. Mutu lembaran pasta yang demikian akan menghasilkan mie yang mudah patah. Tebal akhir pasta sekitar 1,2–2 mm. Di akhir proses pembentukan lembaran, lembar adonan yang tipis dipotong memenjang selebar 1–2 mm dengan rol pemotong mie, dan selanjutnya dipotong melintang pada panjang tertentu, sehingga dalam keadaan kering menghasilkan berat standar. Setelah pembentukan mie dilakukan proses pengukusan. Pada proses ini terjadi gelatinisasi pati dan koagulasi gluten sehingga dengan terjadinya dehidrasi air dari gluten akan menyebabkan timbulnya kekenyalan mie. Hal ini disebabkan oleh putusnya ikatan hidrogen, sehingga rantai ikatan kompleks pati dan gluten lebih rapat. Pada waktu sebelum dikukus, ikatan bersifat lunak dan fleksibel, tetapi setelah dikukus menjadi keras dan kuat. Pada proses selanjutnya, mie digoreng dengan minyak pada suhu 140–150oC selama 60 sampai 120 detik. Tujuannya agar terjadi dehidrasi lebih sempurna sehingga kadar airnya menjadi 3–5%. Suhu minyak yang tinggi menyebabkan air menguap dengan cepat dan menghasilkan pori-pori halus pada permukaan mie, sehingga waktu dehidrasi dipersingkat.
Setelah digoreng, mie ditiriskan dengan cepat hingga suhu 40 oC dengan kipas angin yang kuat pada ban berjalan. Proses tersebut bertujuan agar minyak memadat dan menempel pada mie. Selain itu juga membuat tekstur mie menjadi keras. Pendinginan harus dilakukan sempurna, karena jika uap air berkondensasi akan menyebabkan tumbuhnya jamur. Pengeringan dapat juga dilakukan menggunakan oven bersuhu 60oC sebagai pengganti proses penggorengan, dan mie yang diproduksi dikemas dengan plastik (http://www.ebookpangan.com, 2008).
Dalam pembuatan mie ini,digunakan komposisi 20% tepung pisang dan 80% tepung terigu. Hal ini disebabkan karena tepung pisang yang dihasilkan memiliki kandungan gluten (sifat kenyal) yang lebih sedikit dari pada tepung terigu. Jadi, apabila tepung pisang digunakan sebagai bahan baku akan menghasilkan mie yang terlalu lembek.Hingga tidak dapat dikonsumsi. Karena akan hancur saat proses pemasakan.
4.3 Kelebihan dari Mie Pisang
Kelebihan dari mie pisang antara lain:
1. Dilihat dari kandungan gizi, mie pisang tidak kalah bergizinya dengan mie yang lain. Karena selain mengandung karbohidrat, protein, mie pisang juga mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh. Hal ini sehubungan dengan kandungan yang terdapat dalam kulit pisang yaitu vitamin C, khrom, vitamin B, kalsium, protein, dan juga lemak.
2. Khrom yang terdapat dalam kulit pisang berfungsi dalam metabolisme karbohidrat dan lipid. Khrom bersama dengan insulin memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel-sel. Mie dari kulit pisang yang mengandung khrom akan mempercepat asupan glukosa dalam tubuh.
3. Pati (amilum) pada kulit pisang akan mengalami proses pemecahan atau penguraian oleh tubuh menjadi glukosa. Glukosa sangat penting dalam produksi protein dan dalam metabolisme lipid. Karena pada sistem saraf pusat tidak ada metabolisme lipid, jaringan ini menjadi sangat tergantung pada glukosa. Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan. Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak yang dapat mendukung proses kerja otak, sedangkan yang lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen ("pati hewan") dan sel lemak, kemudian menyimpannya sebagai lemak.
4. Mie dari kulit pisang ini dapat membantu dalam proses pembuangan sisa metabolisme tubuh.
5. Mie pisang juga mengandung vitamin B6 yang dibutuhkan untuk membuat serotonin dalam otak. Serotonin berfungsi mengurangi rasa sakit, menekan nafsu makan, menimbulkan relaks, dan mengurangi ketegangan.
6. Pati limbah kulit pisang mampu mensubstitusi tepung terigu dalam pembuatan mie.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
takaran natrium tiosulfat untuk perendaman kulit pisang berapa ya ?
Posting Komentar